.
Pemutihan karang massal telah banyak menghancurkan koloni karang di seluruh dunia selama hampir 3 dekade. Saat ini para ilmuwan telah menemukan bahwa pemutihan karang membuat karang lebih rentan terhadap penyakit yang pada akhirnya akan memperburuk efek negatif dari pemutihan karang itu sendiri. Sebuah hasil penelitian yang diumumkan pada bulan Oktober menunjukan bahwa kombinasi antara pemutihan dan penyakit ini akan menyebabkan kerusakan yang jauh lebih besar daripada kemunculan dari salah satunya.
“Biasanya, para ilmuwan mengaitkan penurunan terumbu karang setelah pemutihan massal dibandingkan dengan pemutihan karang biasa” kata Marilyn Brandt, seorang peneliti S3 dari University of Miami dan penulis utama paper tersebut. “ Studi ini menunjukkan bahwa interaksi antara penyakit dan pemutihan dapat memainkan peranan perusakan yang lebih besar daripada yang kita sadari.
Karang mengandalkan alga simbion yang hidup di dalam polip untuk memberikan tambahan nutrisi dan oksigen. Pemutihan terjadi ketika alga ini keluar meninggalkan polip, seringkali hal ini terjadi sebagai respons dari kondisi lingkungan yang terlalu hangat. Tanpa alga ini jaringan karang akan terlihat transpasran sehingga umumnya tampak putih. Walaupun jaringan ini tetap utuh dan dapat pulih, kondisi penuh tekanan ini dapat menjadikan karang berhenti tumbuh dan bereproduksi.
Suhu air yang hangat juga dapat menyebabkan peningkatan terjadinya penyakit pada karang. Tidak seperti halnya pemutihan biasa, adanya penyakit menyebabkan rusaknya jaringan pada karang. Pada beberapa kasus pemutihan dan penyakit terjadi secara bersamaan pada terumbu karang. Brandt dan timnya bertanya-tanya apakah peristiwa ini terjadi akibat berada pada kondisi yang sama ataukah terdapat kaitan tertentu.
“Pemutihan dan penyakit karang terkait karena adanya tekanan suhu yang berkepanjangan” kata Brandt “ Tetapi kita ingin mengetahui apakah keduanya berinteraksi dan akibat apa yang ditimbulkan oleh interaksi tersebut”.
Pada musim panas dan musim gugur tahun 2005, suhu samudra yang sama bergeser dan terjadilah badai Katrina yang menyebabkan massa air hangat berpindah ke bagian timur laut Karibia dan Florida. Pemanasan berkelanjutan ini memicu terjadinya pemutihan karang massal sampai 90% dari persen penutupan karang pada wilayah tersebut. Brandt dan timnya mengamati daerah ini untuk menentukan hubungan antara pemutihan dan penyakit
Para peneliti menemukan bahwa penyakit karang yang mereka amati berhubungan dengan pemutihan, tetapi dengan cara yang berbeda. Serangan Penyakit cenderung meningkat selama kejadian pemutihan karang. Hasil pengamatan menunjukkan hal ini terjadi akibat meningkatnya kerentanan terhadap penyakit.
“Peningkatan suhu juga meningkatkan laju pertumbuhan patogen karang, seperti bakteri dan mikroba yang lain, sehingga peningkatan terjadinya penyakit karang disebabkan karena meningkatnya patogen dalam lingkungan,” Kata Brandt. “Pemutihan juga merupakan suatu tekanan bagi karang, dan seperti hewan lainnya dengan adanya tekanan ini sistem perlawanan terhadap penyakit menjadi menurun.
Selain itu para peneliti menemukan bahwa koloni yang sudah terinfeksi penyakit akan terserang pemutihan lebih cepat daripada karang yang sehat. Brandt berpikir bahwa patogen yang menyebabkan penyakit ini menyebabkan hubungan antara alga dan polip karang melemah sehingga karang menjadi lebih rentan terhadap pemutihan.
Karena penyakit yang terjadi lebih sedikit daripada pemutihan massal, strategi pengelolaan ekosistem dan pemantauan harus lebih sering dilakukan untuk menekan kerusakan yang dapat terjadi.
“Memahami bagaimana interaksi antara kedua hal ini terjadi dapat menjelaskan pola kematian yang sering ditemui setelah terjadi pemutihan massal, jika kita mengerti apa yang menyebabkan kematian, kita dapat melakukan hal yang lebih spesifik untuk mengontrolnya” kata Brandt.
Sumber: http://Sciencedaily.com, Oktober 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar