Manado, (ANTARA News) - Pakar lingkungan hidup mengharapkan melalui Konferensi Kelautan Dunia (WOC), isu laut dapat diarusutamakan dan masuk dalam agenda pembahasan pertemuan Panel Antarpemerintah PBB untuk Perubahan Iklim (Intergovermental Panel on Climate Change/IPCC) di Kopenhagen Desember 2009 .
"Bagaimana isu laut dapat masuk dalam pertemuan IPCC di Kopenhagen Desember 2009 nanti," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Emil Salim yang ditemui disela-sela pembukaan Senior Official Meeting (SOM) WOC di Grand Kawanua, Manado, Sulawesi Utara, Senin.
Emil mengatakan isu laut memang kurang diperhatikan dalam isu perubahan iklim baik dalam isu perubahan iklim maupun isu keanekaragaman hayati selama ini pada pertemuan-pertemuan internasional.
"Padahal laut mempunyai potensi yang luar biasa untuk menyerap CO2," katanya.
Senada dengan Emil Salim, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja dan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengharapkan isu kelautan dapat masuk dalam agenda pembahasan IPCC.
Menurut Sarwono dan Freddy , riset tentang laut sangat minim dibicarakan di tingkat internasional padahal laut mempunyai peran penting dalam stabilisasi iklim, sementara lebih banyak peran hutan dibicarakan sehingga laut tidak masuk kerangka dunia dalam penyelamatan lingkungan.
"WOC hanya sebagai sarana dalam mengambil kebijakan secara komprehensif tentang laut yang bisa dimasukkan pada Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, Desember 2009 dan perjanjian internasional setelah Protokol Kyoto 2012," kata Sarwono usai pembukaan Senior Official Meeting (SOM) WOC di Manado, Senin.
Menurut dia, perlu ada langkah mengarusutamakan laut dalam memasukkan pembahasan masalah kelautan ini dalam skenario global terkait stabilitas iklim.
"Harus ada pihak yang membesarkan isu laut secara global, dan Indonesia cocok untuk itu karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia," kata Penasehat delegasi Indonesia pada WOC tersebut.
Indonesia, lanjutnya, bisa berperan besar melalui KTT CTI karena Indonesia mempunyai wilayah terluas pada Segitiga Terumbu Karang dan Indonesia bisa menjadi pusat riset dan pusat kebijakan untuk itu.
Dia mengakui memang butuh waktu lama untuk mengarusutamakan isu laut secara global karena berkaca pada isu perubahan iklim yang butuh waktu lebih dari 20 tahun pada Protokol Kyoto tahun 1992 sejak isu tersebut digulirkan tahun 1977.
"WOC dan CTI bisa menjadi permulaan dari kebijakan yang lebih komprehensif tentang isu kelautan," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu.
Selain itu, Sarwono mengatakan perlu dibentuknya badan internasional dibawah PBB yang menangani isu kelautan ini secara global.
Deklarasi Manado yang akan dihasilkan dalam WOC ini diharapkan bisa dibawa ke Kopenhagen mendatang dan bisa dirumuskan masuk bagian protokol berikut setelah Protokol Kyoto.(*)
"Bagaimana isu laut dapat masuk dalam pertemuan IPCC di Kopenhagen Desember 2009 nanti," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Emil Salim yang ditemui disela-sela pembukaan Senior Official Meeting (SOM) WOC di Grand Kawanua, Manado, Sulawesi Utara, Senin.
Emil mengatakan isu laut memang kurang diperhatikan dalam isu perubahan iklim baik dalam isu perubahan iklim maupun isu keanekaragaman hayati selama ini pada pertemuan-pertemuan internasional.
"Padahal laut mempunyai potensi yang luar biasa untuk menyerap CO2," katanya.
Senada dengan Emil Salim, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup Sarwono Kusumaatmadja dan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengharapkan isu kelautan dapat masuk dalam agenda pembahasan IPCC.
Menurut Sarwono dan Freddy , riset tentang laut sangat minim dibicarakan di tingkat internasional padahal laut mempunyai peran penting dalam stabilisasi iklim, sementara lebih banyak peran hutan dibicarakan sehingga laut tidak masuk kerangka dunia dalam penyelamatan lingkungan.
"WOC hanya sebagai sarana dalam mengambil kebijakan secara komprehensif tentang laut yang bisa dimasukkan pada Konferensi Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, Desember 2009 dan perjanjian internasional setelah Protokol Kyoto 2012," kata Sarwono usai pembukaan Senior Official Meeting (SOM) WOC di Manado, Senin.
Menurut dia, perlu ada langkah mengarusutamakan laut dalam memasukkan pembahasan masalah kelautan ini dalam skenario global terkait stabilitas iklim.
"Harus ada pihak yang membesarkan isu laut secara global, dan Indonesia cocok untuk itu karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia," kata Penasehat delegasi Indonesia pada WOC tersebut.
Indonesia, lanjutnya, bisa berperan besar melalui KTT CTI karena Indonesia mempunyai wilayah terluas pada Segitiga Terumbu Karang dan Indonesia bisa menjadi pusat riset dan pusat kebijakan untuk itu.
Dia mengakui memang butuh waktu lama untuk mengarusutamakan isu laut secara global karena berkaca pada isu perubahan iklim yang butuh waktu lebih dari 20 tahun pada Protokol Kyoto tahun 1992 sejak isu tersebut digulirkan tahun 1977.
"WOC dan CTI bisa menjadi permulaan dari kebijakan yang lebih komprehensif tentang isu kelautan," kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup itu.
Selain itu, Sarwono mengatakan perlu dibentuknya badan internasional dibawah PBB yang menangani isu kelautan ini secara global.
Deklarasi Manado yang akan dihasilkan dalam WOC ini diharapkan bisa dibawa ke Kopenhagen mendatang dan bisa dirumuskan masuk bagian protokol berikut setelah Protokol Kyoto.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar