29 Desember, 2008

SAATNYA PENANGKARAN PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DI PULAU RUNDUMA TAMAN NASIONAL LAUT WAKATOBI

Penyu hijau (Chelonia mydas) adalah salah satu organisme penghuni perairan laut yang sekarang terancam punah. Hidupnya bermigrasi dari daerah makanan (feeding ground) ke daerah pemijahan (breeding ground) yang terkadang jauh sampai melampaui batas negara maupun benua. Organisme ini dilindungi seperti diamanatkan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Bahwa penyu hijau berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh Negara.

Mengapa Harus Penangkaran
Eksploitasi penyu hijau untuk mengambil telur, daging, sisiknya terus berlanjut bahkan semakin menunjukkan peningkatan. Sebagian masyarakat meyakini bahwa dengan mengkonsumsi daging penyu dapat meningkatkan vitalitas dan garah seksual. Ini pula yang merupakan sugesti berdampak negatif terhadap organisme langkah seperti penyu hijau. Selain itu perusakan habitatnya tidak kalah terancamnya seperti perusakan terumbu karang dan pesisir pantai. Upaya penyuluhan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi tekanan terhadap organisme penyu ini dan habitatnya kalah cepat dengan eksploitasi penyu sehingga kelestarian organisme ini terancam, populasinya kini terus berkurang, bahkan terancam punah. Penyediaan secara alami penyu hijau telah terkalahkan oleh pemanfaatan berlebihan manusia. Karena itu upaya penangkaran dianggap paling efektif dalam melestarikan hewan langkah ini. Dengan cara seperti dapat mengurangi pemanfaatan telur-telur, daging dan sisik penyu hijau secara ilegal

Tujuan Penangkaran
Setiap organisme hakikatnya dapat dimanfaatkan manusia termasuk penyu hijau bila berasal dari hasil penangkaran. Bukan saatnya lagi kita hanya tergantung dari penyediaan alam apalagi tekanan orgnanisme ini akibat pemanfaatan yang berlebihan maupun habitatnya sudah tidak dapat terbendung lagi. Karena itu dengan penangkaran ditujukan untuk:

Pertama; Mendapatkan spesimen penyu hijau dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi di alam.
Kedua; Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen penyu hijau yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran.

Mengapa di Pulau Runduma Taman Nasional Laut Wakatobi
Salah satu habitat tempat bertelur penyu hijau adalah Pulau Runduma di Tomia yang berada dalam zonasi Taman Nasional Laut Wakatobi. Keberadaan penyu hijau ini selalu dieksploitasi masyarakat untuk mengambil telur, daging atau sisiknya. Bahkan permintaan di luar daerah terhadap penyu ini semakin meningkatkan eksploitasi pemanfaatan penyu hijau di kawasan Taman Nasional Laut ini. Langkah antisipasi mempertahankan populasi agar tidak punah dan pemanfaatannya secara legal maka penangkaran penyu hijau adalah langkah solutif. Secara sinergi pula geliat Pemda Wakatobi dalam mempromosikan wisata surga di bawah laut dapat disinergikan dengan wisata keunikan hewan langka penangkaran penyu hijau. Upaya penangkaran penyu hijau ini harus mendapat respon positif dari pemerintah daerah setempat, LSM dan pengawas Konservasi Taman Nasional Wakatobi untuk membantu dalam penangkaran penyu hijau ini. Karena itu pula diperlukan komitmen dari semua stakeholders untuk mendukung usaha penangkaran ini antara lain:

Pertama. Adanya political will pemerintah dalam bentuk dukungan aturan dan penganggaran. Harus ada kesepahaman termasuk kerjasama dengan stakeholders lain seperti LSM setempat, WWF, pengawas Konservasi Taman Nasional Wakatobi, Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan dan Kelautan dan tentunya masyarakat Pulau Runduma sendiri yang sebagian besar adalah nelayan
Kedua. Masih harus tetap diberikan penyuluhan/penyadaran masyarakat untuk mengurangi laju tekanan terhadap penyu hijau ini. Termasuk meluruskan asumsi bahwa penyu hijau berkhasiat menambah vitalitas dan gairah seksual sebelum ada kajian ilmiah yang membuktikan kebenarannya. Ini karena tekanan terhadap populasi ini lebih dominant disebabkan akibat perburuan manusia dan juga perusakan habitat dibandingkan dengan tekanan secara alamiah.
Ketiga. Bimbingan teknis/pelatihan untuk menguasai metodologi penangkaran untuk menjamin kesuksesan. Dapat belajar di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi Jawa Timur yang sukses dengan cara penangkaran penyu hijau yang sangat kompleks, baik dan juga menguntungkan.
Dengan demikian Wakatobi akan lebih terkenal dan mengglobal lagi bukan hanya karena surga bawah laut dengan keindahan terumbu karang di Pulau Hoga tetapi juga keunikan penangkaran penyu hijau sebagai hewan langkah dilindungi. Semoga . Amin

Oleh Harmin Hari, SP, M.Si E-mail : harmin_70@yahoo.co.id

Tidak ada komentar: