28 Agustus, 2008

WADUK CIRATA TERCEMAR LOGAM BERAT

Air Waduk Cirata tercemar limbah logam berat jenis timbal dan tembaga hingga melebihi standar baku air. Kondisi itu menurunkan kualiatas ikan hasil budidaya, menambah ongkos pemeliharaan turbin akibat tingginya laju korosi, dan mengancam kesehatan manusia.

Hasil peneliian Badan Pengelolan Waduk Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan kedua 2008 menunjukkan kadar timbal di sejumlah lokasi penelitian mencapai 0,04 miligram (mg) perliter pada triwulan pertama dan 0,11 mg per liter pada triwulan kedua. Adapun kadar tembaga mencapai 0,03 mg perliter pada triwulan pertama. Padahal ambang batas ideal untuk nair baku minum, perikanan dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa barat Nomor 39 Tahun 2000 tentang tentang Baku Mutu Air adalah 0,02 mg perliter untuk tembaga dan 0,03 mg per liter untuk Timbal.

Yaya Hudaya, ahli ekologi dan lingkungan BPWC, jumat (15/8), mengatakan selain dua jenis logam berat itu 16 dari 44 parameter biologi, fisika, kimia yang diteliti sejak tahun 2005 sering melebihi ambang batas. Tiga parameter itu adalah kadar fosfat, amoniak dan nitrit yang selalu melebihi ambang batas dalam empat tahun terakhir.

Menurut Yaya, limbah logam berat dari sejumlah industri di daerah aliran Sungai Citarum dan Cisokan di Bandung, Cimahi, Bandung Barat, dan Cianjur ditengarai mengalir kedua sungai dan masuk ke Waduk Cirata.Ada pula limbah organic dari sisa pakann ikan, kotoram manusia, dan limbah rumah tangga yang ikut mencemari waduk.

Logam berat meningkatkan laju korosi sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan turbin. Biaya pemeliharaan turbin PLTA pembangkit Jawa-Bali di unit pembangkit Cirata Rp. 25 Miliar pertahun. Sebagian besar digunakan untuk Overhaul turbin.

Dampak negarif juga dirasakan pelaku usaha budidaya ikan keramba jarring apung. Tingginya kadar polutan, minimnya kadar oksigen terlarut dalam air, dan rendahnya suhu air, membuat virus lebih mudah berkembang. Kematian ikan secara masal makin terjadi. Hidayat (44) pembudidaya ikan diwaduk Cirata, Kecamatan mande menuturkan pembudidaya kini sering rugi akibat ikan terserang virus koi herpes. Kerugian di satu tambak bias mencapai sekitar Rp. 1 juta. Saat ini banyak kolam dibiarkan kosong oleh pemiliknya (AHA/MKN). (Cianjur Kompas 16 Agustus 2008).

Tidak ada komentar: