17 Maret, 2013

Berdayakan Perempuan, Mitigasi Bencana hingga Lumpung Pangan

Masyarakat tangguh sesungguhnya dimulai dari keluarga. Perempuan menjadi tulang punggung yang perannya tidak dapat dikesampingkan.

“PEREMPUAN meme­gang peranan sentral dalam membangun keluarga.  Bukan hanya untuk membantu sua­mi mengurus segala keper­luan rumah tangga, tapi pe­ran­nya jauh lebih besar untuk membentuk karakter bangsa,” kata Ketua Gabungan Orga­nisasi Wanita Padang­pa­ria­man, Deswarti pada “Hari Te­mu Lapangan Petani” di Na­ga­ri Kasang, Kecamatan Ba­tang Anai, Selasa, 12 Maret 2013.

Ketangguhan masyarakat memang tidak dapat hanya dibangun oleh kaum laki-laki.

Perempuan, kata Des­war­ti, adalah mahaguru yang menjadikan anak-anaknya sebagai generasi yang tegar, mandiri dan kuat. Selain itu, perempuan juga dapat mem­bantu suami dalam meri­ngankan beban ekonomi ke­luar­ga. ”Bahkan tak jarang bila perempuan justru lebih bisa diandalkan,” lanjut Des­warti, yang juga istri Wakil Bupati Padangpariaman itu.

Sekolah lapangan lum­bung pangan hidup yang telah dilaksanakan oleh masyarakat di 20 nagari yang didampingi FIELD-Bumi Ceria sudah sa­at­n­ya masuk ke ranah pe­ngelolaan masyarakat tang­guh. Lewat lumbung pangan, perempuan telah terlibat ber­bagi peranan dengan suami dalam menghemat bela­n­ja. De­ngan demikian, peng­hematan tersebut dapat digu­nakan untuk keperluan lain seperti biaya sekolah dan kesehatan.

“Melalui sekolah lapangan, kaum perempuan di nagari-nagari bersinergi dengan PKK untuk mengembangkan masya­rakat tangguh. PKK yang sudah terlembaga secara nasional dapat menjadi wadah bagi setiap pe­rem­puan di nagari dalam me­ngelola lumbung pangannya,” jelas Deswarti.

Ahli Pengurangan Risiko Bencana FIELD-Bumi Ceria, Lany Verayanti yang juga terlibat dalam kegiatan tersebut mem­beri contoh. “Misalnya saja pe­rempuan dapat memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah untuk menanam tanaman pa­ngan dan tanaman obat. Dengan tersedianya berbagai tanaman tersebut, tentunya pengeluaran untuk konsumsi pangan dan obat-obatan dapat ditekan seren­dah mungkin,” kata Lany.

Lany menyerukan agar kaum perempuan segera bangkit dari keterpurukan dan trauma pas­cabencana.

Anggota Sekolah Lapangan Lumbung Pangan Hidup Nagari Kasang, Eti Uyun menerangkan, proses sekolah lapangan adalah proses belajar di mana setiap peserta mendapat kesempatan yang sama untuk meng­ekspre­sikan pandangannya.

Di kelompoknya, Eti Uyun mengembangkan lumbung pa­ngan yang berisi bahan pangan seperti umbi-umbian, sayur-sayuran, bumbu dapur dan tana­man obat. ”Kalau pekarangan dikelola dengan baik, masyarakat tangguh bukan hanya mimpi,” tandasnya.

Canangkan 25.000 Pohon

Di tempat terpisah, Bupati Padangpariaman Ali Mukhni  mencanangkan penanaman 25.000 pohon untuk lindungi pantai Padangpariaman dari abrasi di Nagari Sunur, Keca­matan Nansabaris.

Bupati secara simbolis mela­kukan penanaman pohon keta­pang. “Kita sudah tanam mulai dari Kasang, Ketaping, Ulakan hingga Sungailimau,” kata Area Manajer FIELD-Bumi Ceria, Utami Sekarini.

Penanaman pohon ini komit­men bersama antara warga bela­jar sekolah lapangan dengan na­gari hingga ke Pemkab dan swas­ta sejak 2011 hingga sekarang.

“Di Ketaping kami dibantu pihak Pertamina dan lembaga kemanusiaan PKPU.  Sementara pembibitan masyarakat juga banyak dibantu oleh Panin Bank,” paparnya.

Bupati sata itu menan­data­ngani nota kesepakatan antara Persatuan Petani Pemandu Ma­sya­rakat Tangguh Bencana dan Perubahan Iklim (P3MTBPI) dengan 3 SKPD, yakni Badan Penanggulangan Bencana Da­erah, Kantor Lingkungan Hidup dan Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan.

Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah berupaya memfa­silitasi rencana tindak lanjut sekolah lapangan yang berkaitan dengan peningkatan ketang­guhan masyarakat terhadap bencana, termasuk latihan-lati­han SAR.  Sementara itu, Kantor Lingkungan Hidup akan mem­fasilitasi pengembangan kegiatan untuk pengurangan emisi gas rumah kaca melalui kampung iklim, instalasi biogas dan penya­luran bibit pohon.

Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan me­nin­daklanjuti dan memperluas sekolah lapangan petani untuk pengurangan emisi metana me­lalui padi tanam sabatang, pe­ngembangan pembibitan tana­man multi guna untuk menu­run­kan laju erosi di daerah ra­wan, serta pengembangan lumbung pangan hidup di nagari-nagari.

“Petani aktor utama peng­gerak pembangunan Padang­pariaman. Bersama petani, kami yakin Padangpariaman dapat lebih maju. Kami akan terus berupaya agar sekolah lapangan dapat dilakukan sebagai pen­dekatan utama dalam meng­ge­rakkan masyarakat tani agar ber­daya dan mandiri,”  papar Koor­dinator P3MTBPI, Indra Medi.

Lumbung Pangan Nagari

Bersamaan dengan itu, ma­sya­rakat Nagari Lurah Ampalu Kecamatan VII Koto, Padang­pariaman bertekad mengem­bangkan lumbung pangan naga­ri. Lumbung ini berfungsi untuk meningkatkan ketangguhan ma­syarakat ketika terjadi bencana atau ancaman kerawanan pangan.

Wali Korong Koto Tabang Nagari Lurah Ampalu, Yazirman menegaskan, gagasan ini akan terus berkembang sebagai bagian dari komitmen bersama antara pemerintah nagari dengan ma­syarakat.

“Kami biasa memanfaatkan gotong royong bulanan untuk mengembangkan gagasan ini lebih luas.  Setiap bulan, gotong royong dilakukan untuk mem­bersihkan sarana umum.  Kena­pa tidak kekuatan yang sudah ada ini dikembangkan lebih jauh untuk mendukung ketangguhan masyarakat. Lebih dari 6 ribu jiwa akan terancam bila ada bencana di sini,” ujarnya.

Para petani berlatih tentang teknik pengurangan risiko ben­cana melalui penilaian keren­tanan dan kapasitas partisipatif pada 2011. Penilaian ini meng­hasilkan peta kerentanan nagari yang terdiri dari kerentanan terhadap banjir, longsor dan kesehatan.

Gagasan lumbung pangan nagari berkembang secara ba­ik. PKK dan kelompok pemuda melakukan pemetaan sekaligus me­ngelola sistem lum­bung. Ta­nah kas korong serta lahan telan­tar dapat digunakan sebagai areal bertanam. Untuk tanah mi­ring,­ akan dilakukan penanaman de­ngan pola konservasi tanah yang baik.  Pada undakan teras ditanam rumbut vetiver (akar wangi) yang akarnya dapat men­jangkau ke dalam 2 meter.  Di te­ngah teras ditanami dengan ber­bagai ma­cam sayuran, tana­man obat serta tanaman pangan lainnya.

“Kami masih menyiapkan sistem yang baik untuk distribusi keuntungan. Bisa saja hasil pena­naman dinikmati sebagai tamba­han bahan pangan bagi pengelola dan masyarakat korong, tapi bisa juga dijual.  Uangnya dapat dikelola untuk kepentingan so­sial,” tandas Madonna, pendam­ping petani. (***)

http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=41451

Tidak ada komentar: