05 Maret, 2012

Keberadaan Pesut di Kalimantan Barat Diidentifikasi

A. Wisnubrata

Syahirsyah/WWF-Indonesia Pesut atau lumba-lumba air payau Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat

JAKARTA, KOMPAS.com – Untuk pertama kalinya, keberadaan populasi pesut atau lumba-lumba air payau Orcaella brevirostris di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat diidentifikasi. Identifikasi dan dokumentasi dilakukan oleh tim survei WWF Indonesia bekerjasama dengan Badan Pengembangan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak.

Selain menemukan pesut Orcaella brevirostris, atau disebut juga Irrawaddy dolphin, tim survey juga menemukan sekelompok lumba-lumba putih atau lumba-lumba punggung bungkuk Sousa chinensis di perairan tersebut, sebuah indikasi keragaman hayati ekosistem air tawar/payau yang tinggi di perairan sebelah barat Pulau Kalimantan itu.

“Keberadaan pesut di kawasan perairan tersebut belum pernah diketahui sebelumnya, sehingga studi awal ini merupakan langkah menggembirakan,” kata Albertus Tjiu, ahli konservasi satwa dari WWF-Indonesia yang terlibat dalam survey tersebut dalam pernyataan pers yang diterima redaksi, Selasa (7/2/2012).

Menurut Albert, ditemukannya populasi pesut tersebut mengindikasikan pentingnya peningkatan upaya perlindungan habitat satwa air tersebut, baik di hulu maupun hilir sungai, termasuk hutan bakau dan nipah di selat-selat sempit di perairan di Pulau Kalimantan.

Ancaman utama populasi pesut di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara di antaranya adalah konversi hutan mangrove habitat satwa tersebut untuk bahan baku industri arang. Mereka juga terancam hilangnya habitat hutan sekitar perairan untuk bahan baku bubur kertas (pulp) komersial, aktivitas lalu lintas air yang tinggi, serta tercemarnya air sungai.

“Pelaku usaha yang beroperasi di sekitar perairan itu harus menerapkan praktek pengelolaan usaha yang ramah lingkungan serta memperhatikan sumber-sumber bahan bakunya agar tidak mengancam kelestarian hutan bakau dan perairan tersebut,” kata Albert menambahkan.

Ada dua species pesut di dunia yaitu Orcaella brevirostris dan Orcaella heinsohni (Snubfin dolphin). Perairan-perairan di Indonesia umumnya dihuni oleh populasi Orcaella brevirostris. Diperkirakan populasi tertinggi pesut terdapat di perairan hutan bakau Sundarban, Bangladesh dan India dengan populasi sekitar 6000 ekor.

Adapun populasi lainnya terdapat di Sungai Mekong Kamboja yaitu sekitar 70 ekor, kemudian di Sungai Ayeyawardi di Myanmar dan Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Ketiga lokasi ini dikategorikan memiliki populasi paling kritis (Critically Endangered), sedangkan lainnya dikategorikan sebagai rentan (Vulnerable).

“Perairan Kubu Raya dan Kayong Utara habitat pesut berada di hilir kawasan Heart of Borneo yang berada di wilayah Indonesia. Kelestarian hutan di daerah hulu sungai juga menjadi faktor yang sangat penting demi terpeliharanya ekosistem air tawar di bagian hilir dimana terdapat habitat pesut,“ kataTri Agung Rooswiadji, Koordinator Konservasi Air Tawar WWF-Indonesia.

Berdasarkan studi mengenai populasi dan habitat satwa tersebut diharapkan dapat ditentukan langkah-langkah serta kebijakan yang dibutuhkan untuk perlindungan populasi dan lingkungan di sekitarnya.

“Survey di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara ini merupakan survey awal, kami berharap akan ada survey lanjutan di sungai-sungai di bagian hulu seperti Sungai Kapuas, Sejenuh dan Mendawa, “kata Tri Agung.

Sejak 2009 hingga saat ini WWF-Indonesia, BPSPL dan mitra lainnya telah melakukan kajian mengenai populasi dan habitat pesut di Kalimantan yaitu di Sungai Sesayap Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur pada 2009-2010, dan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat pada bulan Oktober 2011.

http://sains.kompas.com/read/2012/02/07/13292244/Keberadaan.Pesut.di.Kalimantan.Barat.Diidentifikasi

Tidak ada komentar: