Marine reserves are known to be effective conservation tools when they are placed and designed properly. Ya, Daerah Perlindungan Laut merupakan alat konservasi yang efektif jika didesain dan ditempatkan secara tepat. Baik bagi sumber daya ikan, maupun untuk nelayan. Hal ini dibahas dalam sebuah edisi khusus Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
“Ada banyak bukti baru yang menunjukkan bahwa jika daerah perlindungan laut dirancang dengan baik, dapat menguntungkan sector perikanan dan tentunya nelayan,” jelas Steven Gaines, Dekan Bren School of Environmental Science & Management di UC Santa Barbara sekaligus sebagai editor tamu di PNAS. “Sejumlah besar penelitian telah dilakukan pada daerah perlindungan laut, membantu untuk memfasilitasi penggunaan dan pengembangan daerah perlindungan di seluruh dunia, namun banyak pertanyaan lama yang selalu muncul.
Beberapa ilmuwan dengan makalah terkait isu khusus ini mendiskusikan temuan mereka Minggu, 21 Februari, di sebuah konferensi pers pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains (AAAS) di San Diego.
Setiap makalah pada edisi khusus ini mengangkat permasalahan yang berbeda tetapi menggambarkan aspek yang saling terkait yaitu fungsi daerah perlindungan laut dan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Satu studi global, misalnya, mengidentifikasi daerah perlindungan laut yang membentang sepanjang pesisir laut, area ini memainkan peran penting dalam mengurangi dampak kumulatif dari tekanan pada ekosistem laut. Dalam beberapa kasus, perikanan tangkap bertanggung jawab atas 90 persen dari total kerusakan yang terjadi pada ekosistem laut. Daerah-daerah ini termasuk Laut Cina Selatan, Laut Cina Timur, Laut Bering, Laut Okhotsk, Laut Utara, dan Laut Norwegia, serta banyak di wilayah Segitiga Karang. Ketika perikanan tangkap menjadi ancaman yang paling signifikan terhadap ekosistem, daerah perlindungan laut dapat berfungsi sebagai alat yang sangat berguna untuk memperbaiki kondisi laut secara keseluruhan.
“Sangat mengejutkan melihat banyaknya daerah perlindungan laut yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan di banyak tempat di seluruh dunia, tetapi kita juga harus menyadari bahwa banyak yang hal yang masih harus dilakukan,” ujar Ben Halpern, salah seorang penulis utama studi ini . “Daerah perlindungan laut merupakan bagian penting dari teka-teki dalam menangani pengelolaan sumber daya laut secara komprehensif, tetapi mereka hanya bagian dari solusi.”
Studi global lain meneliti faktor-faktor penentu keberhasilan sosial di 56 daerah perlindungan terumbu karang, yang mewakili setiap wilayah yang memiliki banyak terumbu karang di dunia. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara kinerja daerah perlindungan dan jarak daerah perlindungan dengan pusat populasi manusia. Namun, efek keseluruhan hal ini bervariasi di berbagai wilayah ada yang menguntungkan dan merugikan. Di Samudera Hindia, misalnya, daerah perlindungan yang dekat populasi manusia memiliki kinerja lebih baik daripada rekan mereka yang berada pada daerah terpencil. Namun Di Karibia, daerah perlindungan di dekat pusat populasi relatif tidak bekerja dengan baik.
“Kesuksesan ini juga berkaitan dengan kolaborasi dengan masyarakat setempat,” jelas Joshua Cinner, Senior Research Fellow di James Cook University Australia yang juga salah seorang penulis studi ini. “Di daerah di mana orang bekerjasama untuk berinvestasi dalam sumber daya mereka, kita dapat melihat berkurangnya penangkapan di daerah perlindungan. Kerjasama merupakan proses yang memungkinkan orang untuk berkonsultasi mengenai daerah perlindungan laut dan terlibat dalam penelitian serta kegiatan pengelolaan. Studi kami menemukan bahwa, untuk mendapatkan tingkat kepatuhan terhadap aturan daerah perlindungan, pengelola perlu memupuk kondisi-kondisi yang memungkinkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di daerah pengelolaan, lebih efektif daripada hanya berfokus pada patroli.”
Detil informasi spasial di mana ikan bertelur dan menghabiskan hidup mereka dapat membantu dalam perancangan jaringan daerah perlindungan yang efektif. Terkait itu, ada pula studi lain untuk melihat apa wilayah yang dilindungi merupakan “daerah sumber” atau bukan. Daerah sumber merupakan area peneluran yang terhubung dengan baik ke daerah lain oleh arus laut. Larva menetas dan terbawa oleh arus ke wilayah yang lain, yaitu ke wilayah yang memiliki tingkat populasinya cenderung tidak stabil. Studi menunjukkan bahwa, jika perikanan tangkap dicegah di daerah-daerah sumber dan sebaliknya menangkap di area luar, usaha perikanan dapat memperoleh keuntungan yang signifikan yaitu sekitar 10 persen, demikian simulasi yang diujikan.
“Jika Anda peduli tentang pelsetarian dan perikanan, infromasi yang tepat dan akurat mengenai pola penyebaran larva atau anakan ikan akan membantu Anda mencapai kedua tujuan,” jelas Andrew Rassweiler, ahli biologi di UC Santa Barbara sekaligus salah seorang penulis studi ini . “Pengelola harus selektif bila menempatkan daerah pengelolaan, informasi mengenai sumber-sumber dan daerah penyebaran larva akan membantu mereka mendapatkan hasil terbaik, dengan sedikit gangguan usaha perikanan tangkap.”
“Apa yang harus dilakukan adalah menutup sumber dan mengizinkan perikanan tangkap hanya pada tempat dimana ikan-ikan hanyut terbawa arus,” tambah Christopher Costello, seorang ekonom di Bren School dan penulis utama makalah ini. “Ternyata Anda akan memperoleh keuntungan lebih tinggi dari segi ekonomi dan konservasi. Tetapi jika anda tidak tahu di mana daerah sumber dan kemana mereka menyebar, terbawa arus, Anda tidak dapat melakukan metode ini dan hasil yang didapat tidak akan sesuai.”
Akhirnya, studi lain menyajikan temuan dari Kepulauan Channel National Marine Sanctuary, yang merupakan jaringan kawasan perlindungan laut pertama kali yang didirikan oleh California Department of Fish and Game in 2003. Para penulis menemukan bahwa, setelah lima tahun, Spesies ikan yang ditemukan secara signifikan lebih besar dan lebih berlimpah pada zona larang tangkap dibanding dengan zona luarnya.
“Kita berada pada titik di mana kita dapat benar-benar mulai untuk menilai manfaat jaringan, termasuk peningkatan ukuran dan jumlah ikan di seluruh jaringan,” kata Jennifer Caselle, penelitian biologi di Institut Ilmu Kelautan di UC Santa Barbara. “Berdasarkan pada apa yang kita ketahui sejauh ini, tampaknya keadaan ikan bisa lebih besar dan lebih banyak ketika jaringan dirancang dengan berdasar pada informasi pola penyebaran larva dan ikan dewasa.”
Ilmuwan-ilmuwan ini berkesimpulan bahwa suau jaringan merupakan solusi terbaik. Para ilmuwan menekankan bahwa paduan antara sisi ilmiah pembentukan jaringan daerah perlindungan laut dengan proses publik yang tepat adalah kunci. “Jika masyarakat dan pemangku kepentingan serta jaringan daerah perlindungan laut yang dirancang dilaksanakan dengan baik, ia akan bekerja, bahkan di daerah seperti California dengan puluhan juta pengguna,” kata Gaines. “Jaringan ini dapat menguntungkan baik untuk sumberdaya ikan maupun nelayan. Itu bukan pilihan.
“Ada banyak bukti baru yang menunjukkan bahwa jika daerah perlindungan laut dirancang dengan baik, dapat menguntungkan sector perikanan dan tentunya nelayan,” jelas Steven Gaines, Dekan Bren School of Environmental Science & Management di UC Santa Barbara sekaligus sebagai editor tamu di PNAS. “Sejumlah besar penelitian telah dilakukan pada daerah perlindungan laut, membantu untuk memfasilitasi penggunaan dan pengembangan daerah perlindungan di seluruh dunia, namun banyak pertanyaan lama yang selalu muncul.
Beberapa ilmuwan dengan makalah terkait isu khusus ini mendiskusikan temuan mereka Minggu, 21 Februari, di sebuah konferensi pers pada Pertemuan Tahunan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains (AAAS) di San Diego.
Setiap makalah pada edisi khusus ini mengangkat permasalahan yang berbeda tetapi menggambarkan aspek yang saling terkait yaitu fungsi daerah perlindungan laut dan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Satu studi global, misalnya, mengidentifikasi daerah perlindungan laut yang membentang sepanjang pesisir laut, area ini memainkan peran penting dalam mengurangi dampak kumulatif dari tekanan pada ekosistem laut. Dalam beberapa kasus, perikanan tangkap bertanggung jawab atas 90 persen dari total kerusakan yang terjadi pada ekosistem laut. Daerah-daerah ini termasuk Laut Cina Selatan, Laut Cina Timur, Laut Bering, Laut Okhotsk, Laut Utara, dan Laut Norwegia, serta banyak di wilayah Segitiga Karang. Ketika perikanan tangkap menjadi ancaman yang paling signifikan terhadap ekosistem, daerah perlindungan laut dapat berfungsi sebagai alat yang sangat berguna untuk memperbaiki kondisi laut secara keseluruhan.
“Sangat mengejutkan melihat banyaknya daerah perlindungan laut yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan di banyak tempat di seluruh dunia, tetapi kita juga harus menyadari bahwa banyak yang hal yang masih harus dilakukan,” ujar Ben Halpern, salah seorang penulis utama studi ini . “Daerah perlindungan laut merupakan bagian penting dari teka-teki dalam menangani pengelolaan sumber daya laut secara komprehensif, tetapi mereka hanya bagian dari solusi.”
Studi global lain meneliti faktor-faktor penentu keberhasilan sosial di 56 daerah perlindungan terumbu karang, yang mewakili setiap wilayah yang memiliki banyak terumbu karang di dunia. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara kinerja daerah perlindungan dan jarak daerah perlindungan dengan pusat populasi manusia. Namun, efek keseluruhan hal ini bervariasi di berbagai wilayah ada yang menguntungkan dan merugikan. Di Samudera Hindia, misalnya, daerah perlindungan yang dekat populasi manusia memiliki kinerja lebih baik daripada rekan mereka yang berada pada daerah terpencil. Namun Di Karibia, daerah perlindungan di dekat pusat populasi relatif tidak bekerja dengan baik.
“Kesuksesan ini juga berkaitan dengan kolaborasi dengan masyarakat setempat,” jelas Joshua Cinner, Senior Research Fellow di James Cook University Australia yang juga salah seorang penulis studi ini. “Di daerah di mana orang bekerjasama untuk berinvestasi dalam sumber daya mereka, kita dapat melihat berkurangnya penangkapan di daerah perlindungan. Kerjasama merupakan proses yang memungkinkan orang untuk berkonsultasi mengenai daerah perlindungan laut dan terlibat dalam penelitian serta kegiatan pengelolaan. Studi kami menemukan bahwa, untuk mendapatkan tingkat kepatuhan terhadap aturan daerah perlindungan, pengelola perlu memupuk kondisi-kondisi yang memungkinkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di daerah pengelolaan, lebih efektif daripada hanya berfokus pada patroli.”
Detil informasi spasial di mana ikan bertelur dan menghabiskan hidup mereka dapat membantu dalam perancangan jaringan daerah perlindungan yang efektif. Terkait itu, ada pula studi lain untuk melihat apa wilayah yang dilindungi merupakan “daerah sumber” atau bukan. Daerah sumber merupakan area peneluran yang terhubung dengan baik ke daerah lain oleh arus laut. Larva menetas dan terbawa oleh arus ke wilayah yang lain, yaitu ke wilayah yang memiliki tingkat populasinya cenderung tidak stabil. Studi menunjukkan bahwa, jika perikanan tangkap dicegah di daerah-daerah sumber dan sebaliknya menangkap di area luar, usaha perikanan dapat memperoleh keuntungan yang signifikan yaitu sekitar 10 persen, demikian simulasi yang diujikan.
“Jika Anda peduli tentang pelsetarian dan perikanan, infromasi yang tepat dan akurat mengenai pola penyebaran larva atau anakan ikan akan membantu Anda mencapai kedua tujuan,” jelas Andrew Rassweiler, ahli biologi di UC Santa Barbara sekaligus salah seorang penulis studi ini . “Pengelola harus selektif bila menempatkan daerah pengelolaan, informasi mengenai sumber-sumber dan daerah penyebaran larva akan membantu mereka mendapatkan hasil terbaik, dengan sedikit gangguan usaha perikanan tangkap.”
“Apa yang harus dilakukan adalah menutup sumber dan mengizinkan perikanan tangkap hanya pada tempat dimana ikan-ikan hanyut terbawa arus,” tambah Christopher Costello, seorang ekonom di Bren School dan penulis utama makalah ini. “Ternyata Anda akan memperoleh keuntungan lebih tinggi dari segi ekonomi dan konservasi. Tetapi jika anda tidak tahu di mana daerah sumber dan kemana mereka menyebar, terbawa arus, Anda tidak dapat melakukan metode ini dan hasil yang didapat tidak akan sesuai.”
Akhirnya, studi lain menyajikan temuan dari Kepulauan Channel National Marine Sanctuary, yang merupakan jaringan kawasan perlindungan laut pertama kali yang didirikan oleh California Department of Fish and Game in 2003. Para penulis menemukan bahwa, setelah lima tahun, Spesies ikan yang ditemukan secara signifikan lebih besar dan lebih berlimpah pada zona larang tangkap dibanding dengan zona luarnya.
“Kita berada pada titik di mana kita dapat benar-benar mulai untuk menilai manfaat jaringan, termasuk peningkatan ukuran dan jumlah ikan di seluruh jaringan,” kata Jennifer Caselle, penelitian biologi di Institut Ilmu Kelautan di UC Santa Barbara. “Berdasarkan pada apa yang kita ketahui sejauh ini, tampaknya keadaan ikan bisa lebih besar dan lebih banyak ketika jaringan dirancang dengan berdasar pada informasi pola penyebaran larva dan ikan dewasa.”
Ilmuwan-ilmuwan ini berkesimpulan bahwa suau jaringan merupakan solusi terbaik. Para ilmuwan menekankan bahwa paduan antara sisi ilmiah pembentukan jaringan daerah perlindungan laut dengan proses publik yang tepat adalah kunci. “Jika masyarakat dan pemangku kepentingan serta jaringan daerah perlindungan laut yang dirancang dilaksanakan dengan baik, ia akan bekerja, bahkan di daerah seperti California dengan puluhan juta pengguna,” kata Gaines. “Jaringan ini dapat menguntungkan baik untuk sumberdaya ikan maupun nelayan. Itu bukan pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar