Assalam mu'alaikum wrwb
Kita boleh membalas kezhaliman yang orang lain timpakan pada kita, jika balasan kita lebih ringan daripada kezhalimannya, maka kita punya cadangan keuntungan di sisi Allah Ta'ala.
Jika balasan kita ternyata lebih berat daripada kezhaliman yang orang itu lakukan, kita berpotensi merugi.
Kita boleh membalas, maksimal sepadan. Masalahnya, bagaimana kita menakarnya........?
Meskipun kita bisa saja bilang apa yang aku lakukan sudah sepadan kok, tapi sangat mungkin dalam pandangan Allah, pembalasan kita ternyata melampuai batas.
Siapa yang menjamin bahwa timbangan kita tak terjajah hawa nafsu.......? Itu sering terjadi tanpa kita sadari.
Rasanya memang berat ketika diri dizhalimi kemudian membalasnya ringan saja, atau bahkan tidak membalasnya.
Berat.......! Pinginnya sih membalas, Kalau bisa sampai orang itu hancur lebur.
Ini yang membuat sebuah pertikaian menjadi langgeng, sampai bisa diwariskan pada anak cucu.
Andai kita mengikuti nasihat Rasul, maka solusinya sederhana: sabar.
Mungkin kita tampak rugi dan kalah di mata manusia. Tapi hakikatnya kita sedang menabung keuntungan yang besar di sisi Allah Ta'ala.
Masalahnya, saat ini keuntungan itu tidak nampak mata, Sulit kita merasakannya.
Ditambah lemahnya iman terhadap yaum al-hisab, membuat hati menjadi ragu: benar nggak nanti dapat balasan yang setimpal....?
Akhirnya, kita cenderung memilih yang menurut kita jelas. Kita balas. Kita puas. Meskipun impas.
Padahal, hakikatnya rugi juga.
Sebab untuk membalas, kita keluar waktu dan tenaga. Umur berkurang, tapi tak mendapat apa-apa di sisi Allah Ta'ala.
Sabar memang tidak mudah, Tapi insyaa Allah, akan berbuah manis dan indah
Semoga semua kita selalu dalam keadaan Iman, Ikhlas, Sabar, Istiqomah, Sehat, Bahagia dan Pandai Bersyukur
Aamiin YRA 👐👐 Wassalam mu'alaikum wrwb 🙏🏻🙏🏻
Tidak ada komentar:
Posting Komentar