semut hidup berkoloni dan di antara mereka terdapat pembagian kerja yang
sempurna. Jika diteliti, kita dapati sistem mereka memiliki struktur
sosial yang cukup menarik. Mereka pun mampu berkorban pada tingkat yang
lebih tinggi daripada manusia. Salah satu hal paling menarik
dibandingkan manusia, mereka tidak mengenal konsep semacam diskriminasi
kaya-miskin atau perebutan kekuasaan.
Sepanjang jalan antara Kota Merauke ke perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Nugini banyak bangunan rumah yang dibuat oleh Semut, orang bilang rumah semut. Maha Suci Allah SWT menciptakan semut yg kecil tapi bisa membangun rumah setinggi 1 meter sampai 4 meter.
Sistem Kasta
Setiap koloni semut, tanpa kecuali, tunduk pada sistem kasta secara
ketat. Sistem kasta ini terdiri atas tiga bagian besar dalam koloni. Anggota kasta pertama adalah ratu dan semut-semut jantan,
yang memungkinkan koloni berkembang biak. Dalam satu koloni bisa
terdapat lebih dari satu ratu. Ratu mengemban tugas reproduksi untuk
mening-katkan jumlah individu yang membentuk koloni. Tubuhnya lebih
besar daripada tubuh semut lain. Sedang tugas semut jantan hanyalah
membuahi sang ratu. Malah, hampir semua semut jantan ini mati setelah
kawin.
Anggota kasta kedua adalah prajurit. Mereka mengemban tugas seperti membangun koloni, menemukan lingkungan baru untuk hidup, dan berburu. Kasta ketiga terdiri atas semut pekerja.
Semua pekerja ini adalah semut betina yang steril. Mereka merawat semut
induk dan bayi-bayinya; membersihkan dan memberi makan. Selain semua
ini, pekerjaan lain dalam koloni juga merupakan tanggung jawab kasta
pekerja. Mereka membangun koridor dan serambi baru untuk sarang mereka;
mereka mencari makanan dan terus-menerus membersihkan sarang.
Di antara semut pekerja dan prajurit juga ada sub-kelompok. Sub-kelompok ini disebut budak, pencuri, pengasuh, pembangun, dan pengumpul.
Setiap kelompok memiliki tugas sendiri-sendiri. Sementara satu kelompok
berfokus sepenuhnya melawan musuh atau berburu, kelompok lain membangun
sarang, dan yang lain lagi memelihara sarang. Setiap individu dalam koloni semut melakukan bagian pekerjaan-nya
sepenuhnya. Tak ada yang mencemaskan posisi atau jenis tugasnya. Ia
hanya melakukan apa yang diwajibkan. Yang penting adalah keberlanjutan
koloninya.
Kalau kita pikirkan bagaimana sistem ini berkembang, kita tidak dapat
mengingkari fakta adanya penciptaan. Mari kami jelaskan alasannya: Jika
ada tatanan yang sempurna, secara logis kita berkesimpulan bahwa
tatanan ini tentu dibentuk oleh otak yang merencanakan. Misalnya,
tatanan disiplin dalam militer; jelas bahwa para perwira yang
mengendalikan tentara telah menetapkan tatanan ini. Sungguh absurd kalau
kita berasumsi semua individu dalam pasukan berkumpul dengan sendirinya
dan mengorganisasi diri sendiri, lalu berkelompok menurut pangkat dan
mulai bertindak sesuai pangkatnya. Lebih jauh lagi, perwira yang telah
menetapkan tatanan ini harus terus melakukan inspeksi agar tatanan ini
dapat bertahan tanpa masalah. Kalau tidak, pasukan yang diserahkan
kepada prajurit saja akan berubah menjadi kumpulan yang kacau,
sedisiplin apa pun pada mulanya. Semut-semut satu koloni yang berasal dari kasta yang berbeda juga
memiliki tampilan fisik yang berbeda. Setiap semut memiliki bangun fisik
yang sesuai dengan tugasnya.
Keluarga Mukhtar, A.Pi, M.Si Kepala Stasiun Pengawasan SDKP Tual ketika berkunjung ke Merauke
Semut juga memiliki disiplin yang sangat mirip dengan disiplin
militer. Namun, aspek yang penting adalah tidak ada “perwira”, atau
administrator yang mengorganisasi, di mana pun juga. Berbagai sistem
kasta dalam koloni semut menjalankan tugas mereka secara sempurna,
meskipun tanpa “kekuatan pusat” yang terlihat mengawasi mereka. Lalu, penjelasan satu-satunya adalah bahwa kehendak pusat ini
merupakan kehendak yang “tak tampak”. Ilham yang disebut dalam Al Quran
dalam pernyataan “Dan Tuhan-mu mewahyukan kepada lebah” (Surat An-Nahl: 68) adalah kekuatan yang tak tampak ini.
Kehendak ini telah menyempur-nakan perencanaan yang begitu dahsyat –
yang menakjubkan manusia saat mencoba mengana-lisisnya. Ketakjuban dan
kekaguman seperti ini juga telah diungkapkan oleh para peneliti dari
waktu ke waktu dalam berbagai bentuk. Kaum evolu-sionis, yang mengklaim
bahwa sistem yang sempurna ini telah berkembang akibat kebetulan, tidak
mampu menjelaskan perilaku pengorbanan yang merupakan pusat sistem ini.
Sebuah artikel mengenai topik ini dalam Jurnal Bilim ve Teknik sekali
lagi menunjukkan ketidakmampuan tersebut:
Masalahnya, mengapa makhluk hidup suka tolong-menolong ? Menurut
Teori Darwin, setiap makhluk hidup berjuang untuk kelangsungan hidup dan
perkembangbiakannya sendiri. Karena membantu makhluk lain akan secara
relatif mengurangi peluang kelangsungan hidupnya tersebut, perilaku ini
mestinya dilenyapkan oleh evolusi pada jangka panjang. Namun, telah
terbukti bahwa makhluk hidup rela untuk berkorban.
Dihutan inilah semut mendirikan Bangunan yang dikenal Rumah Semut
Cara klasik untuk menjelaskan fakta pengorbanan ini adalah bahwa
koloni yang terbentuk dari individu-individu yang mau berkorban demi
kepentingan kelompok atau genus akan lebih sukses dalam evolusi daripada
koloni yang terbentuk dari individu-individu yang egois. Namun, teori
ini tidak menjelaskan bagaimana masyarakat yang mau berkorban ini dapat
mempertahankan ciri tersebut. Suatu individu egois yang mungkin muncul
dalam masyarakat itu mestinya akan meneruskan ciri egoisnya kepada
generasi berikut, karena dia tak akan mengorbankan dirinya. Hal samar
lainnya adalah bahwa jika evolusi terjadi pada tingkat masyarakat,
sebesar apa semestinya masyarakat itu? Apakah masyarakat itu berupa
keluarga, kelompok, genus, atau kelas ? Bahkan jika evolusi terjadi
bersamaan pada lebih dari satu tingkat, apa yang akan terjadi jika
kepentingan antartingkat ini bertentangan ?
PENJAGA SARANG
Saat menganalisis detail sistem dalam koloni semut, kita merasakan
kekuatan kehendak tak tampak itu – yang menetapkan dan mengatur sistem
ini – secara lebih konkret. Marilah kita lihat detail-detail ini. Sarang semut dihubungkan dengan dunia luar melalui lubang kecil yang
hanya seukuran seekor semut. Melewati lubang ini perlu “izin” dan dalam
koloni ada sejumlah kecil semut yang “bertugas sebagai penjaga pintu”.
“Penjaga pintu” bertugas menjadi sumbat-hidup dengan bentuk kepalanya
yang pas dengan lubang masuk. Lebih lanjut, warna dan desain kepalanya
sama dengan warna kulit pohon di lingkungan sekitar. Penjaga pintu duduk
berjam-jam di lubang masuk dan hanya mem-perbolehkan masuk semut-semut
koloninya sendiri. Ini berarti gagasan memiliki penjaga pintu untuk menjaga bangunan
telah dipraktikkan oleh semut penjaga pintu, sebelum manusia. Semut ini
menutupi lubang masuk dengan bagian tubuhnya yang terkuat, menya-markan
dirinya, dan melarang masuk semut yang tidak mengucapkan “kata kunci”
yang benar.
Seperti yang kita lihat, mustahil menjelaskan rasa pengorbanan pada makhluk hidup dan sistem sosial yang berdasarkan padanya dengan teori evolusi, yakni dengan berasumsi bahwa makhluk hidup telah muncul akibat kebetulan.
Kenyataan bahwa semut penjaga memiliki kepala yang pas dengan lubang,
dengan warna dan pola yang sesuai dengan lingkungan, dan ia menolak
masuk siapa pun yang tidak ia kenal, jelas tidak mungkin dilakukannya
atas kemauan sendiri. Jelas ada “tokoh intelektual” yang mendesain tubuh
semut dalam bentuk ini dan mengilhamkan tugas yang dilakukan semut
tersebut. Mengatakan bahwa semut dapat memikirkan sendiri tugas ini dan
bekerja sebagai penjaga pintu tanpa kehilangan kesabaran dan tanpa
menyerah, jelas bukan penjelasan yang masuk akal.
Mari kita pikirkan: Mengapa seekor semut mau menjadi penjaga pintu ?
Jika boleh memilih, untuk apa ia mengambil tugas yang paling merepotkan
dan memerlukan pengorbanan terbesar itu? Jika boleh memilih, tentu ia
akan mengambil pekerjaan yang akan memberinya lingkungan ternyaman dan
pelayanan terbaik. Sebenarnya, pilihan ini terjadi dengan ketetapan
Allah. Dan semut penjaga pintu melak-sanakan tugasnya dengan penuh
ketaatan. Hanya sang pencipta semut yang mungkin telah mendesain
kehidupan koloni yang demikian sempurna, untuk menunjukkan sisi seni-Nya
yang menakjubkan dan telah memberi tugas-tugas khusus kepada koloni
semut yang hidup dengan sistem ini.
Menurut teori evolusi, semut mestinya berkembang dalam setiap segi
dan me-reka mestinya mencoba memasuki kasta yang memberi mereka hidup
yang lebih nyaman. Akan tetapi, semut penjaga pintu tidak berupaya ke
arah ini, sebaliknya melaksanakan tugas yang diilhamkan itu tanpa salah
sepanjang seluruh hidup mereka.
SEMUT AHLI
Organisasi, spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu, dan komunikasi
dalam dunia semut hampir sama canggihnya dengan yang dimiliki manusia.
Sedemikian canggihnya sistem itu, sehingga manusia kini memola sistem
mereka menuruti sistem harmonis tersebut. Hal ini diuraikan dalam
kutipan berikut:
Ahli komputer masa kini mencoba mereproduksi bentuk-bentuk perilaku kolektif semut pada robot di laboratorium. Alih-alih berfokus pada program yang sangat maju, mereka malah berkonsentrasi pada robot-robot yang bekerja sama berdasarkan unsur-unsur informasi “sederhana”. Prinsip dasarnya sama. Alih-alih membuat sebuah robot yang sangat canggih, mereka malah mengembangkan sekelompok robot yang tidak begitu “cerdas”, tetapi menjalankan tugas yang sangat “rumit” seperti yang dilakukan semut dalam koloninya.
Robot-robot ini tidak canggih dalam hal “kecerdasan” jika dinilai
satu per satu, tetapi mereka akan mencapai pembagian kerja melalui
motivasi tindakan kolektif. Ini mungkin karena mereka memiliki kemampuan
untuk bertukar informasi sederhana. Hidup dan kerja sama dalam koloni
semut juga telah mempengaruhi NASA. Organisasi ini berencana mengirimkan
banyak “robot semut” untuk penelitian di planet Mars alih-alih satu
robot canggih. Jadi, sekalipun sebagian robot ini rusak, anggota regu
yang tersisa akan mampu merampungkan tugas mereka.
Sekarang mari kita lihat contoh yang menarik dari dunia “semut ahli”.
Bagaimana Hidup Berkelompok Mempengaruhi Semut ?
Contoh kerja sama antara semut yang paling jelas adalah dalam
perilaku spesies semut pekerja yang disebut Lasius emarginatus.
Individu-individu spesies ini memiliki afiliasi yang menarik. Kegiatan
kelompok empat semut pekerja yang bekerja dengan tanah ini terus
berlanjut saat mereka terpisah dari kelompok yang besar. Namun, jika ada
benda, seperti gelas atau batu, di antara mereka yang mencegah mereka
saling melihat, kecepatan kerja mereka melambat. Semut adalah makhluk yang dapat hidup hanya dengan berkelompok. Mereka tak dapat bertahan hidup sendirian.
Contoh lain adalah ketika semut api terpisah dari kelompoknya oleh
rintangan tipis, mereka mencoba mencapai anggota lain koloninya dengan
menusuk penghalang ini. Terjadi banyak variasi pada perilaku semut ketika jumlah individu dalam
kelompok berubah. Ketika jumlah semut dalam sarang meningkat, teramati
bahwa kegiatan setiap individu secara proporsional juga meningkat.
Begitu semut pekerja berkelompok, mereka berkumpul, menjadi tenang, dan
menghabiskan lebih sedikit energi. Telah ditemukan bahwa dalam sebagian
spesies semut, begitu populasi meningkat, jumlah oksigen yang digunakan
menurun.
Semua contoh ini menunjukkan bahwa semut tak dapat bertahan hidup
sendirian. Makhluk kecil ini telah diciptakan dengan ciri-ciri yang
memungkinkan mereka hidup hanya dalam kelompok atau malahan hanya dalam
koloni. Dan ini membuktikan betapa klaim-klaim evolusio-nis mengenai
proses bersosialisasi semut bertentangan dengan realitas. Sungguh
mustahil semut-semut tersebut hidup sendirian ketika pertama kali
diciptakan, lalu bersosialisasi dan membentuk koloni. Seekor semut yang
menghadapi lingkungan seperti itu mustahil bisa bertahan hidup. Ia harus
berkembang biak, membangun sarang untuk dirinya dan larvanya, mencari
makan untuk diri dan keluarganya, menjadi penjaga pintu, menjadi
prajurit, dan juga pekerja yang merawat larvanya. Kita tak bisa
mengklaim bahwa di zaman dulu semua pekerjaan yang memerlukan pembagian
tugas yang ekstensif ini dapat dilaksanakan oleh seekor semut saja atau
bahkan oleh beberapa ekor semut. Selanjutnya, mustahil dibayangkan bahwa
mereka berupaya menuju sosialisasi sembari melaksanakan berbagai tugas
sehari-hari ini.
Kesimpulan dari semua ini: Semut adalah makhluk yang hidup dalam
sistem sosial dan berkelompok sejak hari mereka pertama diciptakan.
Semua ini juga membuktikan bahwa semut muncul pada satu saat dengan
segala ciri-ciri lengkapnya. Dengan kata lain, mereka telah
“diciptakan”.
MARKAS IDEAL
Mari kita luaskan sedikit contoh pasukan yang disampaikan
sebelum-nya. Bayangkan Anda tiba di markas tentara yang luar biasa
besar, tetapi sangat teratur. Tampaknya Anda tidak dapat masuk karena
petugas ke-amanan di gerbang tidak mengizinkan masuk orang yang tidak
dikenal. Bangunan tersebut dilindungi oleh sistem keamanan yang diawasi
ketat.
Sekarang, misalkan saja Anda berhasil masuk. Di dalam, berbagai
kegiatan sistematis dan dinamis akan memesona Anda, karena ribuan
prajurit sedang melaksanakan tugas mereka dengan teramat tertib. Saat
Anda meyelidiki rahasia keteraturan ini, tampak bahwa bangunan itu telah
dirancang dalam bentuk yang sepenuhnya cocok bagi penghuninya untuk
bekerja. Ada departemen khusus untuk setiap tugas dan semuanya dirancang
supaya prajurit dapat bekerja semudah mungkin. Misalnya, bangunan ini
memiliki lantai-lantai di bawah tanah, tetapi lokasi de-partemen yang
memerlukan energi matahari memperoleh sinar matahari dengan sudut
sebesar mungkin. Departemen-departemen yang harus senantiasa saling
berhubungan dibangun sangat berdekatan sehingga memudahkan akses.
Gudang-gudang penyimpan kelebihan bahan juga dirancang sebagai
departemen terpisah di satu sisi bangunan. Lokasi gudang-gudang
penyimpanan itu nyaman serta mudah diakses. Dan tepat di tengah bangunan
terdapat ruang luas di mana semua orang dapat berkumpul.
Keunikan markas tersebut bukan hanya itu. Meski luas, bangunan ini
dipanaskan secara seragam. Suhu tetap konstan sepanjang hari berkat
sistem pemanas sentral yang sangat canggih. Penyebab lainnya adalah
sekat luar yang sangat efektif melawan segala kondisi cuaca.Jika ditanya bagaimana dan oleh siapa markas semacam ini di-rancang,
semua orang akan menjawab bahwa markas ini dirancang dengan teknologi
tinggi oleh kerja tim profesional. Bangunan markas seperti ini hanya
bisa dibangun oleh mereka yang memiliki tingkat pendidikan, budaya,
kecerdasan, dan logika tertentu.
Namun, bangunan markas ini sebenarnya adalah sebuah sarang semut. (lihat halaman sebelah)
Menghimpun informasi yang diperlukan untuk membangun markas semacam ini memakan sebagian besar usia manusia. Namun, seekor semut yang baru menetas dari telur sudah tahu tugasnya saat itu juga dan mulai bekerja tanpa membuang waktu. Ini menunjukkan bahwa semut memiliki informasi tersebut sebelum ia lahir. Semua informasi tersebut diilhamkan dalam diri semut pada saat penciptaannya oleh Allah Yang Mahakuasa yang menciptakan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar