25 Oktober, 2011

Brain Drain

"Brain Drain" adalah sebuah istilah yg digunakan untuk menggambarkan proses berpindahnya Sumber Daya Manusia Unggulan sebuah negara ke negara lain dalam jumlah banyak. Harian Kompas dua hari ini berturut2 menurunkan tulisan utama berkaitan dengan indikasi atau bahkan telah terjadinya proses berpindahnya SDM Unggulan Indonesia ke negara2 lain yg lebih mampu memberikan kesempatan bagi SDM2 tersebut mengaktualisasikan kemampuan dan keahlian mereka.

Proses atau kejadian seperti ini, bukan kali ini saja terjadi dan bukan Indonesia saja yg mengalaminya Eropa pernah mengalami saat banyak orang Eropa beramai2 pindah ke Amerika dan bahkan saat inipun masih terjadi walaupun dalam jumlah yg lebih kecil. Beberapa waktu yg lalu juga banyak terjadi proses "human capital flight" dari negara Asia Selatan ke Eropa atau Amerika, tren yg akhirnya juga muncul di Indonesia.

Phenomena "Brain Drain" atau "Human Capital Flight" atau apapun istilahnya harusnya dianggap sebagai sebuah proses yg wajar dan alamiah. Hal seperti ini terjadi manakala sebuah negara atau wilayah tidak atau belum mampu memberikan atau menciptakan iklim yg memungkinkan SDM Unggulan mengaktualisasikan kemampuan, keahlian atau kelebihan2 mereka. Jangankan mengaktualisasikan diri mereka untuk hidup layak dan wajar di negara mereka sendiri mereka ini menghadapi banyak kesulitan bahkan terkadang secara sengaja dihambat agar mereka tidak bisa berkiprah.

Sesaat setelah kemerdekaan RI banyak pemuda/i Indonesia yg mendapatkan kesempatan belajar di negara2 yg lebih maju seperti Jepang melalui bea siswa pampasan perang. Banyak lulusan program ini yg akhirnya menjadi tokoh2 atau pemimpin penting di Indonesia.

Lalu di era 60an banyak juga pemuda/i Indonesia yg mendapatkan kesempatan menimba ilmu di berbagai negara baik di Eropa, Amerika. Banyak lulusan2nya yg sekembalinya ke tanah air berhasil menjadi tokoh pemikir, cendekiawan yg mumpuni. Namun ada juga yg tidak bisa kembali hingga saat ini karena masalah2 politik yg membelit negeri ini saat itu.

Di era 80an juga banyak pemuda/i Indonesia yg mendptkan kesempatan belajar berbagai macam disiplin ilmu di negara2 lain. Disaat itu diperkirakan tidak kurang dari 20.000an mahasiswa Indonesia yg belajar di Amerika pertahunnya. Mereka2 ini berasal dari berbagai kalangan baik yg berangkat atas biaya pribadi atau PNS yg dibiayai oleh Pemerintah Indonesia atau lembaga2 donor. Jumlah mereka yg kembali setelah menyelesaikan proses belajar mereka di negara2 itu diperkirakan cukup tinggi, walaupun ada juga yg setelah lulus kemudian memilih untuk tetap tinggal di negara tempat mereka belajar juga ada.

Pada era 90an semakin banyak saja pemuda/i Indonesia yg berusaha untuk menuntut ilmu pengetahuan di negara2 maju. Mereka ini banyak juga yg berangkat atas inisiatif dan biaya sendiri, biaya negara atau lembaga2 pemberi beasiswa lainnya, bahkan ada juga yg belajar atas biaya perusahaan2 swasta tempat mereka bekerja. Tidak diketahui seberapa banyak diantara mereka yg akhirnya memilih untuk tetap tinggal di negara tempat mereka belajar atau ke negara lain selain Indonesia. Namun diperkirakan jumlahnya cenderung meningkat dibanding dengan dekade2 sebelumnya. Bahkan seperti yg dilansir oleh Kompas para ahli, cendekiawan atau SDM2 unggulan yg sdh berada dan bekerja di Indonesia saat ini baik di lembaga2 pemerintah ataupun swasta banyak yg mulai diberi tawaran untuk mau bekerja di negara lain termasuk negara2 tetangga kita, dimana kondisi kerja, suasana maupun remunerasinya lebih baik ketimbang di Indonesia.

Akhirnya proses seperti ini memang tdk bisa dihindari karena SDM2 Unggulan ini bukan lagi aset sebuah negara namun sdh menjadi aset dunia, karena mereka2 ini mampu menghasilkan karya yg tidak saja berguna bagi bangsa dan negaranya namun karyanya ternyata berguna dan bermanfaat untuk meningkatkan kemuliaan kehidupan manusia.

Kira2 seperti itu gambaran kecil ttg "Brain Drain" atau "Human Capital Flight", kalau ada rekan2 yg mempunyai pandangan atau pengalaman yg berbeda mohon bisa dituangkan dalam bentuk tulisan atau komentar untuk memperkaya khasanah kita bersama.

Salam
Kukuh Kumara

Tidak ada komentar: