MONITORDAY.COM - Pulau Sombori, terletak di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah yang keindahannya tak kalah menawan dengan Raja Ampat. Siapapun yang menyambangi pulau ini akan dimanjakan dengan panorama gugusan pulau-pulau dan lautan biru kehijauan yang jernih.
Namun kabarnya, destructif fishing atau penangkapan ikan dengan bom dan bius di kawasan ini kerap terjadi. Untuk itu, Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) melalui Direktorat Pengawasan Sumberdaya Kelautan (SDK) terpanggil guna melakukan edukasi yang diberi nama #Stop Destructive Fishing di penggalan surga yang jatuh di pulau ini.
Kordinator Sub Direktorat Pengawasan SDK, iim Naimah mengaku takjub dan tidak berucap satukata pun saat melihat indahnya alam yang terbentang di wilayah ini.
" Untuk menempuh ke wilayah ini, kami berangkat dari pelabuhan Bungkutoko Kendari dengan Kapal Pengawas KKP, Orca selama 3 jam. Setiba di daerah ini, rasa lelah terbayar lunas dan cuma satu kata yang terucap, Subhanallah," ujar Kasubdit Pengawasan Sumber Daya Kelautan yang akrab disapa Teh iim kepada Monitorday.com, Jum'at (26/3/2021).
Teh iim mengatakan Pulau Sombori yang indah ini tidak boleh dirusak oleh pelaku destructif fishing. Masyarakat setempat hendaknya meningalkan kebiasaaan buruk tersebut.
Wanita yang concern dengan kelautan serta diketahui sebagai pengusung PSDKP Menagajar ini juga menjelaskan bahwa terumbu karang yang rusak akibat terkena bahan peledak dapat kembali pulih namun memerlukan waktu yang relatif lama (sampai puluhan tahun).
"Dalam kondisi perairan yang baik, pembentukan 1 (satu) cm terumbu karang memerlukan waktu kurang lebih 1 (satu) tahun, sehingga untuk mencapai 100 cm terumbu karang dibutuhkan kurang lebih 100 tahun (1 abad)," ujar Teh iim yang merupakan Master Economic dari Vrije Universiteit Amsterdam
Oleh karena itu, guna mencegah pengrusakan yang lebih masif, Teh iim bersama rekan-rekannya di PSDKP melalui Direktorat Pengawasan SDK menggelar kegiatan edukatif yang tujuannya adalah menyadarkan masyarakat akan bahaya destructif fishing, diantaranya sebagai berikut:
- Kampanye akbar dengan 250 peserta yang terdiri dari nelayan dan perangkat desa.
- Edukasi dengan siswa SD dan SMP sebanyak 250 orang.
- Kampanye door to door dengan menyebarkan media sosialisasi berupa poster, leaflet, dan penempelan sticker di kapal dan rumah-rumah nelayan terkait pelarangan destructive fishing.
Perlu diketahui, kegiatan ini dilaksanakan selama sepekan dengan menerapkan protokol kesehatan, sejak 20-26 maret di 4 wilayah yaitu Pulau Mbokitta, Pulau Dongkalan, Pulau Matano dan Kecamatan Bungku Selatan dan Bungku Barat.
Di puncak acara, Teh iim memberikan apresiasi atas konsolidasi penguatan pengawasan di sektor kelautan yang perlu terus ditingkatkan, baik itu TNI AL, Polair, PSDKP maupun pemerintah daerah.
"Kita harus mempunyai misi yang sama untuk melakukan pencegahan dan penindakan bagi pelaku kegiatan destructive fishing. Kolaborasi antar penegak hukum dalam rangka patroli bersama dapat meningkatkan keefektifan pengawasan dari sisi personel (SDM) dan sarana prasarana pengawasan," tutur Teh iim.
Teh iim juga kembali mengimbau kepada masyarakat nelayan setempat agar memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan sebaik mungkin untuk generasi akan datang.
" Pulau sombori terlalu indah, biarlah keindahannya baik di atas laut dan di dasar laut abadi hingga dunia ini berakhir. Kehadiran PSDKP selama 5 hari ini semata-mata ingin merangkul dan menyatu dalam kehidupan warga disini. Hidup ini seperti ombak di tepi pantai. Ia akan datang, tapi pada saatnya akan pergi juga. Kami titip anugerah Tuhan berupa keindahan di alam Sombori agar di jaga sebaik mungkin hingga anak cucu kita kedepan" ucap Teh iim yang tak kuasa menetskan air mata sambil merangkul anak-anak nelayan yang mengelilinginya.
Lihat Artikel Kampanye Destructi Fishing Lainnya
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar