Para ahli kini menemukan cara baru untuk menyelamatkan sekaligus restorasi populasi terumbu karang atau koral di sejumlah wilayah laut dunia, terutama laut Bunaken dan Manado Tua, yang kini terumbu karangnya banyak mati. Cara itu yakni dengan membuat ecoreef berbentuk jari-jari dari bahan keramik.
Dr Janny Kussen, ahli terumbu karang dari Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (14/4), mengatakan, uji coba pemulihan terumbu karang dari bahan baku keramik telah dilakukan para ahli dari Jepang di lokasi laut Bunaken dan Manado Tua. Penelitian dan uji coba dilakukan selama dua tahun, yakni 2004 hingga 2006.
Hal itu dikatakan oleh Dr Mineo Okamoto dan Dr Kakaskasen Adrian Roeroe yang berasal dari Tokyo University Marine Science and Technology. Mereka akan mempresentasikan temuannya pada pelaksanaan Konferensi Kelautan Dunia (WOC) dan Pertemuan Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (CTI Summit) di Manado, 11-15 Mei.
Penelitian
Menurut Janny, hasil penelitian menunjukkan terumbu karang cepat membesar pada media dari bahan baku keramik. ”Hanya satu tahun terumbu karang langsung membesar pada jari-jari ecoreef. Ini luar biasa. Sebab, pertumbuhan terumbu karang pada media tertentu makan waktu cukup lama, bertahun-tahun,” katanya. Sebelumnya para ahli menggunakan media pelat beton dan stainless steel untuk proses restorasi.
Dikatakan, ecoreef yang ditanam di dasar laut Bunaken dan Manado Tua sebanyak 138 modul mampu menghasilkan 5.626 karang baru yang 76 persen menempel di bagian cabang serta 24 persen di bagian tengah. Dari kehidupan terumbu karang di ecoreef juga menyerap 127 jenis ikan karang yang hidup berdekatan dengan ecoreef itu. Sebagian terumbu karang di laut Bunaken dan Manado Tua telah mati ketika suhu air laut meningkat pada tahun 1998 hingga 2000. Terumbu karang di kawasan itu mengalami pemutihan dan mati karena tidak tahan akibat naiknya suhu air laut.
Menurut Janny, di Indonesia kematian terumbu karang cukup tinggi akibat kegiatan manusia yang mengebom ikan. Laporan yang diterima menyebutkan, kerusakan dan matinya terumbu karang tersebut mencapai 40-45 persen dari luas areal terumbu karang seluas 1,5 juta hektar. Dengan cara baru pemulihan terumbu karang ini, kata Janny, masalah terumbu karang dapat teratasi meski memakan waktu dan materi untuk menyelamatkan. Terumbu karang di masa depan menjadi sumber pangan dan dapat mencegah laju pemanasan global dunia. (zal). Sumber : Kompas, 15 April 2009 Manado
Dr Janny Kussen, ahli terumbu karang dari Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (14/4), mengatakan, uji coba pemulihan terumbu karang dari bahan baku keramik telah dilakukan para ahli dari Jepang di lokasi laut Bunaken dan Manado Tua. Penelitian dan uji coba dilakukan selama dua tahun, yakni 2004 hingga 2006.
Hal itu dikatakan oleh Dr Mineo Okamoto dan Dr Kakaskasen Adrian Roeroe yang berasal dari Tokyo University Marine Science and Technology. Mereka akan mempresentasikan temuannya pada pelaksanaan Konferensi Kelautan Dunia (WOC) dan Pertemuan Inisiatif Segitiga Terumbu Karang (CTI Summit) di Manado, 11-15 Mei.
Penelitian
Menurut Janny, hasil penelitian menunjukkan terumbu karang cepat membesar pada media dari bahan baku keramik. ”Hanya satu tahun terumbu karang langsung membesar pada jari-jari ecoreef. Ini luar biasa. Sebab, pertumbuhan terumbu karang pada media tertentu makan waktu cukup lama, bertahun-tahun,” katanya. Sebelumnya para ahli menggunakan media pelat beton dan stainless steel untuk proses restorasi.
Dikatakan, ecoreef yang ditanam di dasar laut Bunaken dan Manado Tua sebanyak 138 modul mampu menghasilkan 5.626 karang baru yang 76 persen menempel di bagian cabang serta 24 persen di bagian tengah. Dari kehidupan terumbu karang di ecoreef juga menyerap 127 jenis ikan karang yang hidup berdekatan dengan ecoreef itu. Sebagian terumbu karang di laut Bunaken dan Manado Tua telah mati ketika suhu air laut meningkat pada tahun 1998 hingga 2000. Terumbu karang di kawasan itu mengalami pemutihan dan mati karena tidak tahan akibat naiknya suhu air laut.
Menurut Janny, di Indonesia kematian terumbu karang cukup tinggi akibat kegiatan manusia yang mengebom ikan. Laporan yang diterima menyebutkan, kerusakan dan matinya terumbu karang tersebut mencapai 40-45 persen dari luas areal terumbu karang seluas 1,5 juta hektar. Dengan cara baru pemulihan terumbu karang ini, kata Janny, masalah terumbu karang dapat teratasi meski memakan waktu dan materi untuk menyelamatkan. Terumbu karang di masa depan menjadi sumber pangan dan dapat mencegah laju pemanasan global dunia. (zal). Sumber : Kompas, 15 April 2009 Manado
Tidak ada komentar:
Posting Komentar